Banten
Sabtu, 30 September 2017
Jumat, 29 September 2017
Anak Laut
Anak Laut
Mungkin ini julukan yang selalu aku ingat, bagaimana tidak setiap berkumpul bersama teman-teman, disekolah, dimadrasah, atau sedang bermain, sebutan untuk “anak laut” selalu terdengar, memang kadang jadi geli sendiri, nama sudah ada malah julukan yang lebih tenar.
hari itu hari minggu, seperti
biasa aku menuju musholla untuk membantu mancari amal jariah, usia ku masih
kelas 3 Sekolah Dasar Pejagalan 011 pagi, saat itu teman teman seusia ku memang
waktunya untuk bermain, namun kesempatan dan kepedulian untuk membantu orang
tua yang notebenenya sebagai ketua pengurus mushola pada saat itu.
"wan ini kotak amalnya,
mau jalan kemana loe ?" itu yang sering disebut oleh pak Encung, salah
satu ustadz yang mengkoordinir anak-anak untuk meminta bantuan dana untuk
pembangunan mushola di pinggir empang Teluk Gong.
"ya paling ke sawah pak,
atau ke pasar" kata ku. Sawah adalah nama tempat yang memang masih banyak
sawah di sekitar RW 12 dan 13, sekarang tidak satu petak sawahpun di lokasi
tersebut, malah sudah ada hotel dan apartemen Teluk Intan yang berdiri megah di
persimpangan dua sungai, yang dahulu kami sebut "Kali Cagak" yang
memang bentuknya seperti dua cagak kayu atau ketapel.
Biasanya kami berempat membawa
dua kotak amal jariah, aku bersama Aep, anak pak Encung, dan satunya Endang
bersama Heri. Saat mencari amal jariah jam 07.00 pagi dan berkeliling dari Rw
12 sampai RW 13 tidaklah terlalu lama hanya 1 sampai 2 jam berkeliling dan
kembali lagi ke musholla sekitar jam 09.00 pagi.
setelah kembali dan menghitung isi kotak
amal jariah yang selalu di kunci sebelum kami berangkat. uang yang didapatkan
pun bervariasi mulai dari Rp 1000 rupiah sampai Rp 2000 rupiah, karena isi
dalam kotak amal jariah terdiri dari uang Rp 5, Rp, 10, Rp, 50, dan Rp 100.
namun kadang bisa mendapatkan uang Rp 500 rupiah dan itu pun jarang sekali aku
dapatkan.
Setiap berkeliling kami berdua
akan mendapatkan upah sekitar Rp 100 sampai Rp 150 rupiah tergantung jumlah
yang didapat. uang inilah yang akan aku jadikan modal untuk membeli senar dan
pancing (mata kail) di jalan Raya Teluk Gong di toko yang pemiliknya yang biasa
di panggil Mpek Ingus.
Toko Mpek Ingus satu satunya toko yang
menjual peralatan pancing dan makanan ayam atau burung, di toko inilah kadang
aku lihat reel atau “gulungan otomatis” sebutan kami saat itu, sedangkan ank
seusia ku selalu mancing dengan alat seadanya, senar merk Damil atau Golden
Fish biasanya yang kami pergunakan, dan digulung menggunakan kaleng bekas susu
kental manis, atau kaleng bekas cat.
Dengan peralatan tersebut, setiap minggu
aku selalu pergi ke laut TPI Muara Angke, saat itu TPI muara angke tidaklah
seperti sekarang ini, dari jembatan patung perahu kita akan melihat langsung
kapal-kapal ikan +3 atau diatau 3GT, berjejer rapi.
Disekitar
kali banyak orang atau anak-anak yang memancing, namun aku selalu pergi
memancing di Batrean atau dam penahan gelombang, batrean lampu hijau adalah
spot yang paling aku suka, dengan modal senar atau line dan di beri timah bulat
atau kerucut serta rigging satu atau dua kumis adalah andalan untuk memancing
dipinggiran beton.
Dengan umpan rebon atau udang yang aku beli di TPI, lengkap
sudah peralatan dan umpan untuk memancing di batrean. Jangan tanya sekarang,
dahulu air di sekitaran Muara Angke sangalah bagus dan jernih, dengan suara deburan
ombak atau alun yang menabrak beton pemecah gelombang, aku selalu merasakan
kedamaian, bahkan ketika umpan aku sambar ikan, kegembiraan semakin menjadi,
ikan tanda-tanda atau tompel ukuran 4 sampai 5 jari orang dewasa yang sering
menyambar umpan udang kupas atau rebon adalah moment yang sulit untuk
dilupakan, namun yang tersulit saat mendapatkan ikan, ombak menghantam badan,
alhasil pakaian basah kuyup dan tidak jarang sampai tercebur ke laut.
Perolehan ikan akan aku sindik (memasukkan
senar melalui insang ke mulut ikan) yang kadang sampai lebih dari 30 ekor.
Mungkin inilah julukan yang diberikan
teman-teman masa kecil ku di Teluk Gong, saat pulang ke rumah, dan saat bertemu
dengan teman teman ku selalu memanggil, “anak laut, dapet ikan apa”? ucap
mereka, bahkan orang tua yang memang
sudah familier dengan ku selalu memanggil “anak laut” mungkin karena tidak ada teman-teman seumuran
ku yang berani pergi jauh dari Teluk Gong ke Muara Angke seorang diri hanya untuk
memancing ikan di Laut Teluk Jakarta saat itu.
Minggu, 24 September 2017
Simpul Kepiting
Simpul Kepiting
Mengikat Kepiting Hidup
Kali Blacan, Bekasi, Jawa Barat, Indonesia
Dua Hari di Kampung Nelayan
Mengikat Kepiting Hidup
Kali Blacan, Bekasi, Jawa Barat, Indonesia
Dua Hari di Kampung Nelayan
Wisata Mancing di Bekasi, Jawa Barat, Indonesia
Wisata Mancing
Dua Hari Satu Malam
Melihat Dari Dekat Perkampungan Nelayan
Dua Hari Satu Malam
Melihat Dari Dekat Perkampungan Nelayan
Jumat, 22 September 2017
Terkuaknya Spot Terpendam di Muara Blacan
Untuk pemancing yang sudah malang melintang dalam kegiatan mancing, khususnya Baramundi selalu mencari lokasi-lokasi yang belum terkuak, terutama potensi alam yang sangat banyak di sepanjang pantai utara Jawa, Salah satu Lokasi yang saat ini sudah sering terdengar adalah Spot Muara Blacan, Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong Bekasi, Jawa Barat
Saat saya mengunjungi Lokasi yang masih terjaga, dengan hamparan
pohon bakau dan aliran air pasang surut terus bergerak sepanjang tahun yang
dijelaskan oleh tukang perahu dan pemandu mancing disana, sangat jelas terlihat
kondisi air yang memungkinkan ikan-ikan berkembang biak diantara sela-sela akar
pohon Bakau yang tersebar luas di jernihnya air laut dan air payau bertemu.
Salah satu komunitas mancing yang mengajak saya untuk mengunjungi lokasi yang sangat
cantik buat para pemancing Baramundi ini adalah Lates Calcariver Fishing Community,
satu komunitas mancing yang ternyata sudah mempunyai ijin untuk melakukan usaha
pemancingan disana, sangat kaget juga saya mendengar dan melihat surat ijin
usaha yang dikeluarkan oleh kepala desa setempat, inilah contoh yang harus dilakukan oleh para penghobi
mancing maupun komunitas mancing di seluruh Indonesia.
Adalah Bang Kadar, salah satu warga yang mengelola usaha pancing Lates
Calcariver Fishing Community di Muara Blacan, Bang Kadar juga dengan
senang hati mengantar para pemancing dengan tujuan “Ranggon” atau Bagan di
Muara yang sudah di buat rumpon untuk tempat bermain dan berkembang biak ikan
Baramundi atau “Kakap Putih”
Dengan program pembuatan rumpon dan ranggon di Muara Blacan, mulai terkuaklah potensi alam
untuk usaha mancing masyarakat setempat, namun dengan kaidah yang benar dan
berkelanjutan, dan dukungan dari para pemancing dari berbagai komunitas
mancing. Kegiatan yang tidak kalah penting dalam mengembangkan potensi alam
Muara Blacan, Lates Calcariver Fishing Comunity juga melakukan bakti sosial
untuk anak yatim dan orang tua (jompo) yang perlu disantuni sebagai ungkapan
rasa terima kasih dan dukungan kegiatan mancing di Muara Blacan yang semakin
hari semakin berkembang.
Bakti Sosial yang dilakukan antara lain adalah pembagian 80
paket sembako untuk masyarakat setempat dan uang tunai untuk 77 Janda dan Anak yatim, Pengajian Mushola
setempat, Penjaga Tambak, dan Tukang Perahu di sana, Lates Calciver Fishing Community,
juga akan terus menjaga lokasi Muara Blacan dari serbuan tangan tangan jahil
yang tidak bertanggung jawab dengan melakukan penangkapan ikan menggunakan alat
yang dilarang oleh pemerintah, seperti Stroom, Racun dan Bom Ikan.
Tindakan preventif yang sudah dijalankan untuk mengurangi
penangkapan ikan dengan alat tangkap ilegal, adalah dengan memberikan
penyuluhan serta mengajak masyarakat setempat ikut aktif melakukan usaha
mancing dengan membuat rumpon, maupun mengajak mereka menjadi Pemandu Mancing
Baramundi, menyediakan umpan, dan Pelayanan atau service pemancing yang menyewa
Ranggon dan Perahu.
Usaha wisata Mancing maupun usaha bahari yang lain akan
terus berkelanjutan ketikan para pemancing, masyarakat etempat, nelayan, dan
aparat pemerintahan bisa melakukan sinergi yang solid untuk mengembangkan usaha
dan hobby di Muara Blacan yang mulai terkuak. MM/Irwan Riduan
Forum Discusion Pariwisata Mancing
Forum Dicussion Group
(FGD) Pariwisata Mancing
Forum Diskusi Percepatan
Pembangunan , KKP, KemenPar, Kemenpora, Praktisi Mancing Dan Federasi OLah Raga
Mancing Seluruh Indonesia (Formasi).
Bulan September 2017, Bertempat
di Hotel Mercure Hayam Muruk, Jakarta, Kementrian Pariwisata melaksanakan Forum
Droup Discussion (FGD), yang dihadiri oleh,Sekertaris Kabinet, Kemenko Maritim,
Kemetrian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementrian Olah Raga, Mancing Mania,
Gabungan Pengusaha Wisata Bahari (Gahawisri), dan Federasi Olah Raga Mancing Seluruh
Indonesia (FORMASI).
Kegiatan Forum Diskusi tentang
pariwisata mancing ini juga dihadiri oleh, pemerintah daerah, TNI Angkatan Laut
dan Lembaga Swadaya Masyarakat, membahas tentang pariwisata mancing di Indonesia untuk menjawab permintaan
masyarakat Internasional penghobi mancing yang akan datang ke Indonesia,
kedatangan wisatawan mancing yang sangat banyak ini telah diinformasikan oleh
Kementrian Luar Negeri, informasi
Kementrian Luar Negeri tentang banyaknya jumlah wisatawan yang ingin
masuk atau datang ke Indonesia disampaikan ketua Percepatan Pembangunan
Indonesia, Bapak Indroyono, yang mengatakan “topik kita menjelang kedatangan
wisatawan mancing ke Indonesia adalah, bagaimana kesiapan Indonesia menerima
mereka, lokasi atau destinasi, berapa besaran biaya yang dikeluarkan, regulasi
atau kelembagaan yang sudah berafialiasi dengan Internasional, dan bagaimana
mekanismenya” katanya dalam FGD.
Pak Indroyono juga sangat
antusias dengan kegiatan Turnament mancing, baik skala nasional maupun
Internasional, Kegiatan turnament atau lomba mancing Internasional juga bisa
memepercepat kunjungan wisatawan asing ke Indonesia, tetapi harus tetap mengacu
kepada aturan atau Undang-undang yang kita miliki, baik Permen atar Perpres,
dan Kegiatatan Internasional harus dilakukan oleh Pusat atau bekerjasama dengan
pusat, karena kegiatan Internasioanala berhubungan langsung antara Negara kita
dan negara lain, ungkapnya lagi
Sementara itu Bapak Aji Sularso
mantan dirjen Kementrian Kelautan, menambahkan “diperlukan Peraturan Menteri
untuk menunjang kegiatan ini, dan mekanismenya bisa menggandeng Induk
Organisasi Mancing yang sudah ada, untuk melaksanakan percepatan kedatangan
wisatawan mancing ini ke Indonesia, dan segera membentuk kelembagaan untuk
menjalankan regulasi yang secepatnya dibuat” Katanya
Sementara itu dari perwakilan TNI
angkatan Laut , menambahkan “diharapkan menggandengn Dinas Hidro Oceanografi
TNI Angkatan laut dalam memetakan lokasi mancing atau destinasi mancing, karena
banyak lokasi yang dilarang untuk kegiatan bahari, karena terdapat benda
berbahaya, dan belum semunya di petakan” ungkap perwakilan TNI AL .
Forum Group Discution ini
akhirnya bisa menjawab, bagaimana
mengelola kegiatan wisata mancing atau Recreational
Fishing yang terukur dan terarah, di
Indonesia, serta permintaan wisatawan mancing yang akan datang ke Indonesia bisa terrealisasi,
dan bagaimana ijin atau lisensi kegiatan wisata mancing bagi wisatawan lokal
dan asing yang ramah lingkungan bisa terwujud, sekaligus menjawab peningkatan Penerimaan
Nrgara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor pariwisata mancing semakin meningkat./Irwan
Riduan
Langganan:
Postingan (Atom)